1. Ibu Ratna, pemilik minimarket X :
“Tahun 2005 lalu saya membuka usaha minimarket yang menjual berbagai kebutuhan pokok seperti : beras, minyak goreng, telur, susu, gas, sabun, obat generik, snack, dll. Alhamdulilah minimarket saya ramai dikunjungi pembeli. Mungkin karena minimarket saya hanya satu-satunya di daerah ini. Omset perhari bisa mencapai 1 juta rupiah. Namun sekarang omzet menurun drastis sejak berdiri Toko Grosir A dan Supermarket B tak jauh dari minimarket saya. Pembeli jauh berkurang. Padahal saya sudah berusaha memberikan diskon yang lebih murah dan menambah jumlah barang dagangan. Tapi tetap saja tidak bisa mencapai omzet seperti dulu.Saya terus berpikir bagaimana caranya supaya minimarket saya bisa tetap eksis bersaing. ”
2. Ibu Rus Sumarni, wiraswasta :
”Saya punya usaha Salon, sudah buka 2 Tahun salon saya berjalan dan kini sudah cukup dikenal sebagai salon bagus dan murah di daerah ini. Setiap hari minimum 50 pelanggan datang ke tempat saya. Tapi, seiring dengan kenaikan omset usaha saya, biaya produksi yang saya harus keluarkan juga naik, padahal saya sudah menghitung seharusnya kenaikan biaya produksi tidak terlalu besar, sehingga sayapun bisa mendapatkan keuntungan yang maksimal. Saya harus melakukan terobosan agar pengembalian investasi saya bisa cepat, pelanggan bertambah, namun biaya produksi juga bisa ditekan.”
3. Bapak Samanhudi, wiraswasta :
”Saya berniat membuka usaha bengkel motor, karena di daerah saya selain kalau saya perhatikan merupakan daerah pemukiman, banyak orang berkendara motor yang lalu lalang pulang dan pergi ke tempatnya bekerja, dan belum ada bengkel motor yang buka. Saya yakin sekali dengan usaha ini, karena pasti para pengendara motor tersebut khususnya bagi penduduk daerah sini perlu ke bengkel untuk reparasi, ganti oli, ganti spare part, dll. Dengan modal 75 juta yang saya miliki, saya yakin usaha saya akan berhasil”
4. Bapak Sukimin, penjahit :
”Saya punya usaha jahit kecil-kecilan. Pelanggan saya meski tidak sebanding dengan penjahit lain yang sudah punya nama tapi cukup lumayan. Bahkan kadang saya kewalahan menanganinya. Sebenarnya saya yakin bisa meningkatkan omset penjualan saya, tapi karyawan saya sulit sekali saya ajak untuk bersama-sama meningkatkan pelayanan. Saya harus berkali-kali mengingatkan kepada karyawan saya untuk selalu mencatat pesanan pelanggan, menjaga kualitas jahitan dan tepat waktu sesuai tanggal pesanan, tapi tetap saja terjadi kesalahan, bahkan saya kadang mendapatkan komplain dari pelanggan atas kualitas hasil jahitan maupun waktu penyelesaian yang telah dijanjikan. Saya bingung harus diapakan karyawan saya ini, karena saya trauma apabila menerima karyawan baru akan sama seperti karyawan yang telah ada.”
Anda pernah mengalami hal tersebut diatas ? Atau mungkin lebih buruk lagi ? Jangan biarkan anda pusing memikirkannya sendiri, serahkan kepada kami ARN Yogyakarta yang akan membantu anda menyelesaikan permasalahan usaha anda, dan anda pun dapat tertidur dengan tenang. (AW)