Q :
Perkenalkan Nama saya Dayat asal dari Batam, sudah 4 bulan saya bekerja di Malaysia, pada perusahaan swasta sebagai QC Manager. Sudah 18 th saya bekerja di perusahaan seperti ini, Kalau ditengok dari finansiil ya lumayan lah.... tapi saya mau mengahiri karir saya seperti ini, sehubungan saya jarang ketemu dengan keluarga. Saya ingin sekali berwira swasta, tapi dari mana dan bagai mana saya harus memulai, Please advise. Terima kasih
Perkenalkan Nama saya Dayat asal dari Batam, sudah 4 bulan saya bekerja di Malaysia, pada perusahaan swasta sebagai QC Manager. Sudah 18 th saya bekerja di perusahaan seperti ini, Kalau ditengok dari finansiil ya lumayan lah.... tapi saya mau mengahiri karir saya seperti ini, sehubungan saya jarang ketemu dengan keluarga. Saya ingin sekali berwira swasta, tapi dari mana dan bagai mana saya harus memulai, Please advise. Terima kasih
A :
Prinsip dasar seseorang memulai bisnis adalah adanya tekad dan motivasi yang kuat. Modal dan ketrampilan itu nomor kesekian. Sebab menjadi seorang entrepreneur berbeda sekali dengan menjadi employ/karyawan.
Jika Bp. Dayat sudah berbulat tekad, maka Bp. Dayat tentukan apakah Bp. Dayat akan mendirikan bisnis sendiri atau Bp. Dayat akan "membeli" bisnis orang lain yang sudah running atau dalam arti membeli franchise. Jika memang akan membeli franchise, Bp. Dayat tinggal memilih di pasaran jenis franchise apa bagus dan memiliki prospek pasar yang terus naik. Jenis usaha bisa yang menjual jasa, barang, atau jasa sekaligus barang. (Apakah berbasis kuliner, kursus pendidikan, rental atau jenis lainnya).
Namun jika ingin mendirikan bisnis sendiri, maka Bp. Dayat perlu bertanya pada diri Bp. Dayat sendiri; bisnis apa yang Bp. Dayat sukai atau sedikit banyak Bp. Dayat ketahui. Sebab banyak kasus memperlihatkan bahwa sebuah bisnis relatif mudah maju dan berkembang apabila memang pemiliknya menyukainya atau sedikit banyak mengetahuinya.
Contoh: Banyak pengusaha tanaman hias yang sukses karena memang pada dasarnya sebelum berbisnis tanaman mereka sudah menyukai tanaman. Begitu juga banyak dari pengusaha kue yang sukses karena semula hanya iseng-iseng membuat kue karena hobby dan menjual ke temen-temen dekat lama-lama justru berkembang.
Kemudian Bp. Dayat menentukan apakah akan berbisnis di wilayah hulu, tengah atau hilir. Artinya kalau di sektor hulu, berarti Bp. Dayat hanya berhenti di sektor produksi saja. Misalnya Bp. Dayat membuat usaha tas. Dalam hal ini Bp. Dayat hanya membuat saja sementara pemasaran tas itu dilakukan oleh pihak lain / agen yang membeli secara grosir dari tempat Bp. Dayat. Kemudian apabila Bp. Dayat tidak ingin di sektor produksi karena berbagai alasan (tidak punya lahan luas, susah me-maintenance karyawan, modal terbatas, dll) Bp. Dayat bisa saja "sekedar" menjadi pedagang. Artinya ambil tas dari produsen dan dijual lagi / dipasok lagi ke pedagang lain (sektor tengah/distributor). Atau jika memang merasa bahwa jualan tas secara retail lebih memungkinkan, maka Bp. Dayat tinggal sewa outlet dan menjual tas secara eceran (sektor hilir/retailer). Pembagian resiko usahapun berbeda dalam setiap pilihan sektornya, dan kemampuan dari manajemen resiko menjadi langkah mutlak yang harus dilakukan.
Nah jika posisioning itu sudah didapat, maka Bp. Dayat menentukan kategori usaha yang akan digeluti, apakah berbasis makanan, konveksi, furniture, craft, property, penyedia jasa, pertambangan, manufaktur, dll.
Setelah kategori dipilih, maka tinggal meng-eksekusi bentuk usahanya.
Demikian Bp. Dayat, mudah-mudahan membantu. (Widihasto)