Di tengah tumbuh dan berkembangnya dunia usaha dan UKM saat ini di Indonesia. Kebutuhan pelaku usaha dari mulai membangun dan meningkatkan image brand, membangun dan meningkatkan awareness serta loyalitas terhadap brand/produk, menjaring pelanggan baru, guna meningkatkan omset usaha selalu menjadi sebuah target yang harus dicapai. Dan kesemuanya tidak akan pernah terlepas dari faktor langkah dan strategi pemasaran maupun promosi yang perlu dilakukan.
Dalam dunia usaha maupun bisnis, saat ini wacana yang tertanam adalah PROMOSI = COST. Dimana kegiatan pemasaran yang dilakukan melalui cara promosi merupakan BIAYA yang harus dikeluarkan. Sementara produk berupa barang/jasa yang ada tetap harus terjual dan untuk melakukan kegiatan pemasaran yang ber”impact” besar kepada penjualan barang/jasa usaha membutuhkan energi yang besar serta waktu yang bertahap. Tidak bisa sekaligus “goal” yang diinginkan akan dapat tercapai dalam waktu semalam. Belum lagi keterbatasan yang dimiliki baik dari sisi produk, sdm, sistem pelayanan, waktu, dan pastinya uang (modal).
Lalu, apakah usaha yang telah dirintis, berdiri, dan mulai berjalan maupun telah berjalan kemudian akan berjalan di tempat atau pasrah dengan keadaan dan melakukan langkah preventif dengan berjalan lambat sesuai kemampuan yang dimiliki (hal ini berakibat besar dengan membuka peluang kepada kompetitor yang memiliki kelebihan untuk dapat melangkah lebih jauh merebut pasar yang ada dan lebih cepat membangun image secara kuat). Atau yang terburuk : usaha tersebut seperti “hidup segan mati tak mau”…kehilangan nyawanya dan akhirnya tutup/bangkrut karena biaya tinggi operasional yang tidak mungkin terbayarkan. AW (Bersambung)
Dalam dunia usaha maupun bisnis, saat ini wacana yang tertanam adalah PROMOSI = COST. Dimana kegiatan pemasaran yang dilakukan melalui cara promosi merupakan BIAYA yang harus dikeluarkan. Sementara produk berupa barang/jasa yang ada tetap harus terjual dan untuk melakukan kegiatan pemasaran yang ber”impact” besar kepada penjualan barang/jasa usaha membutuhkan energi yang besar serta waktu yang bertahap. Tidak bisa sekaligus “goal” yang diinginkan akan dapat tercapai dalam waktu semalam. Belum lagi keterbatasan yang dimiliki baik dari sisi produk, sdm, sistem pelayanan, waktu, dan pastinya uang (modal).
Lalu, apakah usaha yang telah dirintis, berdiri, dan mulai berjalan maupun telah berjalan kemudian akan berjalan di tempat atau pasrah dengan keadaan dan melakukan langkah preventif dengan berjalan lambat sesuai kemampuan yang dimiliki (hal ini berakibat besar dengan membuka peluang kepada kompetitor yang memiliki kelebihan untuk dapat melangkah lebih jauh merebut pasar yang ada dan lebih cepat membangun image secara kuat). Atau yang terburuk : usaha tersebut seperti “hidup segan mati tak mau”…kehilangan nyawanya dan akhirnya tutup/bangkrut karena biaya tinggi operasional yang tidak mungkin terbayarkan. AW (Bersambung)